Posts

Showing posts from April, 2018

Salesman

Haloo Assalamu'alaikum wr wb.. Setelah sekian lama, akhirnya balik kumpul buat blog challenge. Tapi malam ini tema bebas. Jadi, punya berasa punya kesempatan buat cerita tentang pengalaman di toko. Kali ini berhubungan dengan abang abang sales. Yok yok.... Semenjak awal aku di toko, bolak balik berurusan dengan yang namanya salesman. Mulai dari salesman gadungan sampai sales resmi dari perusahaan.  Kalau sales gadungan, jangan ditanya, gue berasa bego bamget karena pernah kena. Malu euy. Walau jumlahnya ga banyak, tetap saja rasanya kesel minta ampun bisa dibegoin orang. Kalau mau tahu ciri-cirinya sales gadungan, sini aku kasih tahu ya 😐. Pertama, tentu ga punya tanda pengenal, walau pakaiannya rapih meyakinkan. Pokoknya jangan malu nanya dari produk perusahaan apa? Biasanya mereka ga bakal berani bohong asal sebut nama perusahaan. Paling berkilah ini dan itu. Kedua, sales resmi biasanya gak ngotot. Apalagi sampai maksa kita buat ambil ini itu. Sales resmi itu wala

Sendal Jepit

Image
Kisahnya, setiap pagi aku buka toko, selalu ada ibu-ibu yang berjalan cepat sambil menggandeng erat tangan anaknya. Setiap pagi berjalan ke hulu, dan sore hari balik ke hilir. Saking penasarannya, pernah aku cari tahu kemana ibu ini mengantar anaknya? Jauh kah? Ternyata, ibu ini kerja di restoran padang tidak jauh dari toko ku. Sedangkan anaknya setiap pagi ia antar ke rumah neneknya dan sore hari dijemput lagi untuk pulang. Rumah neneknya itu, menurutku jauh sekali kalau harus berjalan kaki kesana. Ditambah harus melewati satu tanjakan. Ibu ini memang luar biasa. Beberapa hari yang lalu, tepatnya disore hari, akhirnya ibu dan anak ini mampir ke toko ku. Padahal sebelumnya aku rasa mereka selalu lalu lalang dan tidak pernah melirik ke sini. Sedih. Tapi sore itu mereka mampir. Ternyata?? Anaknya hyper aktif. Kesana kemari lari-larian minta dibelikan ini itu. Aku baru tahu, itulah alasan ibu ini berjalan cepat saat melewati toko ku dan memegang erat tangan anaknya. Seorang anak umur

Dream Job

Image
Selamat pagi.... Assalamu'alaikum wr wb... Pagi ini sembari menunggu hujan reda, ada baiknya melunasi hutang. Hutang apa? Apalagi kalau bukan blog challenge beberapa hari yang lalu. Dream Job, Waktu kecil kalau ditanya mau jadi apa? Pasti yang kefikiran langsung ingin jadi dokter, pilot, insinyur dll. Pokoknya yang seragaman keren. Tapi beranjak SD kelas 4 atau 5 ya, pokoknya pas pelajaran bahasa indonesia disuruh mengarang cerpen, aku kayak nemuin passion gitu wkwkwk😊. Mulai dah tu kefikiran pen jadi penulis sampai sutradara film. Apalagi didukung sama imajinasi tingkat tinggi, hampir setiap hari waktu itu aku nyoret-nyoret buku dan jadi cerpen yang kalau sekarang aku baca lagi jadi geli sendiri 😅. Sampai SMP aku masih suka bikin-bikin cerpen, dan ya gitu deh, aku jadi diamanahin buat pegang kunci mading. Diwarisi langsung dari senior kesayangan siapa lagi kalau bukan kak Rauly Aritha Tina Sari Simatupang. Padahal awalnya, kita sering perang urat syaraf di sekolah

Senja

Image
Kali ini aku berusaha untuk tegar melepas terang dan menunggu gelap. Hanya tertegun menatap langit, dan hiruk pikuk orang berlalu lalang yang semuanya bergegas menyelesaikan pekerjaannya hari ini. Foto : google Tapi kenapa langkah ini begitu gontai? Seakan malas untuk melanjutkan perjalanan. Aku tunggu kumandang adzan itu selesai lantas berdoa sejenak. Kembali termenung cemburu melihat orang berbondong-bondong menunaikan sholat yang hari ini aku tidak bisa menunaikannya. "Almatsurat saja" fikirku. Merogoh seisi tas dan aahh, ternyata aku tidak membawanya. Suatu kemunduran. Dan aku lagi-lagi melewatkan dzikir disenja ini. Kembali langkah ini semakin gontai. Tidak sanggup untuk kembali, tapi aku sangat ingin untuk kembali. Rindu melingkar, merindukan taman-taman syurga. Kapan aku diminta untuk kembali lagi? Panggil aku, aku pasti datang dengan wajah berseri. Wajah-wajah yang aku rindukan berkelebatan terbayang diantara senjaku hari ini. Apakah aku telah digantikan?

Belajar Merelakan

Image
Malam ini syukurlah aku mendapat kesempatan untuk membuat mamak merasa nyaman. Jarang-jarang rasanya kita mendapatkan moment-moment seperti ini. Walaupun terkadang, sebenarnya ditiap malam menjelang tidur, aku selalu terfikir untuk memberikan waktu terbaik untuk beliau, cuma yaaahh, mungkin aku terlalu sombong dan sok sibuk, jadi walau serumah, kita cuma berbicara seadanya. Ok lanjut yaa Disela obrolan dengan mamak malam ini, rasanya aku mendapat satu pengajaran berharga. Yaitu tentang bagaimana merelakan sesuatu yang sebenarnya sampai mati tak ingin terpisahkan. Berawal dari kisah seorang tetangga yang suaminya baru meninggal. Kata mamak, sang istri benar-benar terguncang mentalnya. Sampai sekarangpun, masih belum bisa diajak bicara dan tidak lagi bisa mengenali tetangganya sendiri. "Ya gitu, dia terlalu dibawa perasaan sedih, tapi ga dibarengi sama dzikir. Jadi fikirannya makin dirasuki putus asa" ini kata mamak Ayahku juga sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Bagi k

Berharap Hujan diujung Kemarau

Image
Setiap masa, tentu ada kisah. Entah itu tentang keceriaan, atau kesedihan. Karena kita masih hidup diatas bumi yang terus berputar. Bumi yang tidak pernah cemburu disaat matahari tidak memberikan cahaya. Walau bumi tahu, jika matahari tidak bersinar saat ini, artinya matahari sedang menyinari belahan bumi yang lainnya. Sudah kukatakan, kita masih hidup diatas bumi yang terus berputar. Kamu tidak bisa memintanya untuk diam walau sedetik. Kamu harus rela mengikuti dimanapun bumi memposisikan kamu. Bersyukur saja karena sampai hari ini bumi masih bersedia untuk kamu tinggali. Tidak lantas mencabut gravitasinya agar kamu jatuh lalu melayang tak tentu arah di antariksa. Atau bisa saja bumi menguburmu dalam-dalam atas ulahmu yang selalu merusak hamparannya. Disaat musim kemarau seperti ini, mungkin setetes air hujan menjadi begitu sangat berharga. Memberikan sedikit harapan, bahwa kesejukan akan kembali datang. Tapi Kata "Masgun", hati-hati menumbuhkan harap. Hari ini la