Posts

Showing posts from August, 2017

Kita butuh pandaikah, atau pandai-pandai saja?

Kembali rasanya saya harus berpendapat yang mungkin akan melawan arus.  Langsung saja ya Sy : saya Mi : mbak icha ( saya panggil mbak karna dia cucu tertua walau sekarang masih kelas 1 SMA) Mi : teh, mbak kesal kali, temen-temen mbak tu dikelas nyontek aja. Masak ulangan nengok buku, buat kopekan. Enak kali orang tu nilainya bagus-bagus terus. Sy : kamu gimana? Nyontek juga ta mbak? Mi : ya enggaklah, mbak belajar, tapi mana bisa nyamain nilai orang tu kalau kayak gitu caranya. Matilah mbak ga dapat juara lagi ni kayaknya teh. Sy : emang kamu ga negur temen-temen kamu yang nyontek tu? Mi : udah teh, terus kata mereka zaman sekarang hidup ga perlu pandai, tapi pandai-pandai. Sy : hhmmm (masih memilah kata yang tepat).  Tapi malam itu saya tidak bisa memberikan saran apapun selain doa (wkwkwkwk). "Sorry mbak, soalnya ada ibuk, teteh ga brani banyak omong, hihi". Dari zaman saya SD, sampai tamat kuliah, memang banyak sekali kejadian seperti ini. Jangankan m

As Long As You Love Me

"As long as you love me" Beberapa kali kalimat ini terlantun dari lagu yang sedang aku dengarkan. Lagu lawas dari backstreetboys. Liriknya cukup membuat aku tertarik, terutama pada bagian, I dont care who you are Where you're from What you did As long as you love me Kenapa tertarik?, hhmmm mungkin sedang pas sama apa yang sedang aku fikirkan belakangan ini (apa sih buk??) Hhmmm sebenarnya apa yang ingin aku bicarakan sekarang ini adalah tentang kapasitas hati seseorang dalam menerima sesuatu. Bisa saja kita menerima sesuatu, apapun itu, darimana asalnya, apapun kejelekannya, tapi hati kita bisa menerimanya. Tapi sewaktu waktu, sesuatu itu harus pergi dari hati kita, kita sebagai yang memiliki hati yang pernah ia tinggali, kadang mungkin bisa merelakan, ataupun bisa jadi menutup hati kita rapat-rapat agar ia tetap tinggal. Bagaimana kah sebaiknya?? Lagu ini, "as long as you love me" memberiku sedikit alasan untuk memberi sikab. Anggaplah kita ini

Kita Butuh Tujuan

Apa jadinya jika hidup tanpa tujuan? Aku rasa setiap orang memiliki keinginan dalam hatinya. Memang begitulah kodrat kita sebagai manusia. Cenderung memiliki nafsu atau keinginan, atau bahkan ambisi untuk mencapai sesuatu. Apapun itu, semuanya bisa menjadi baik jika kita mengarahkan kepada hal-hal yang positif. Aku sendiri masih terus berusaha untuk tidak menjadi orang yang memiliki keyakinan hanya setengah-setengah bahkan tidak punya sama sekali. Padahal tujuan yang ingin dicapai itu ada, tapi berfikir positif bahwa, kaki ini pasti akan sampai pada tujuannya ternyata bukanlah hal yang mudah. Hidup dengan tujuan ternyata memang membuat langkah menjadi terasa ringan. Hari ini, aku dapat pelajaran dari seorang murid study club yang aku buat. Dari awal aku mengajar, aku mempunyai 7 orang murid yang umurnya tidak berbeda jauh. Tentu saja dengan karakter yang berbeda, dan semuanya istimewa. Yang ingin aku ceritakan kali ini adalah tentang satu anak yang menurutku punya tujuan dan keyakian

Bagaimana Agar tidak Terganggu Perasaan

Bagaimana agar tidak terganggu oleh perasaan? Sebagai seorang perempuan, saya sendiri sering mengalami hal ini. Terganggu oleh perasaan-perasaan yang sebenarnya tidak perlu ada. Terlebih ketika kedatangan tamu istimewa setiap bulannya (istimewa karna kalo ga dateng bisa berabe urusan wkwkwk). Bagaimana agar tidak terganggu oleh perasaan? Ketika sedang kecewa misalnya, perasaan kita menjadi tidak menentu. Alhasil menatappun jadi tidak lagi bisa fokus. Pernahkah kita melihat tatapan kosong seseorang? Kira2 seperti itu, matanya menatap tapi informasi yang dibawa ke syaraf otaknya bukan lagi apa yang dilihat oleh matanya, tapi hatinya. Makanya tidak jarang ada orang yang jalan kaki tiba-tiba nabrak orang lain (pake mata donk kalo jalan!!), atau lagi masak tiba-tiba tangannya ke iris (ini senetron indonesia punya), atau lagi makan tangannya mau nyuap tapi mulutnya ga kebuka (ada ga ya hihi). Ya kira-kira seperti itu. Saya punya dua orang teman yang selalu saya sebut sebagai perempu

kawan yang tulus itu ....

Assalamu'alaikum wr wb.. Halloo Tiba-tiba ingin menyapa memberi salam aja ni. ☺ Kali ini ada sedikit cerita lagi yang semoga menjadi inspirasi. Kalau ada roman-roman galaunya mohon untuk diabaikan saja ya. Makasiii 😊 Sedari pagi saya beraktifitas seperti biasa. Apalagi kalau bukan sekedar merawat tanaman dan ikan-ikan kesayangan. Yang tidak biasa adalah saya lebih banyak ngobrol hari ini. Temen ngobrolnya siapa de?? Hhmm "abang-abang" wkwkwk... 😆😆😆. Ya memang ngobrol sama abang-abang. Tapi abang-abang yang sudah punya 2 anak dan istrinya masi ada lhoo.. sssstt jangan khawatir kali lah.. Lanjut, Sesuai sama judul aja ya, semoga ga lari kemana-mana ni tulisan. Selesai beraktifitas yang tak seberapa tu, saya kembali ke dunia maya. Lihat hp, tak ada satupun pesan. Ya wajar si, soalnya saya pegang hp yang didalamnya cuma ada tiga kontak. (Hhhaa?? Siapakah 3 orang yang beruntung ituu... ). Main game sebentar lalu bosan. Ya sudah akhirnya saya mengalah dan kem

Hanya Perlu Terbiasa

Jika kamu merasa hidupmu saat ini berbanding terbalik dengan yang kamu harapkan sebelumnya, kamu hanya perlu terbiasa menjalani kehidupan yang sekarang. Tak apa kalau diawal kamu kaget dan merasa sangat cemas. Namun yakinlah, masih ada banyak kejutan menyenangkan dikehidupanmu yang baru ini. Aku rasa, kita pasti bosan jika akhirnya kita hanya menjalani kehidupan yang begitu-bagitu saja. Maka saat ini, Tuhan memberikan kehidupan dengan cerita yang berbeda, maka jalanilah sampai akhirnya kamu terbiasa lalu menikmatinya. Jika saat ini kamu merasa lingkunganmu tidak lagi seramah yang dulu, kamu hanya perlu terbiasa untuk mudah tersenyum dan berfikir lebih positif lagi. Barangkali, kitalah yang perlu menjadi ramah terlebih dahulu. Mengundang kebaikan, tentu akan lebih baik bukan? Jika kamu merasa, bahwa kamu tidak lagi menjadi spesial, kamu hanya perlu terbiasa untuk menjadi biasa-biasa saja. Mungkin agar kita tahu bagaimana rasanya ditinggalkan agar tidak lagi meninggalkan. Jadi bingu

"Di" atau "Me"

Dimengeri, atau mengerti Difahami, atau memahami Diingatkan, atau mengingatkan Dimaafkan, atau memaafkan Dirindukan, atau merindukan Dicintai, atau mencintai. Banyak orang yang bertanya, "kamu pilih yang mana?".  Aku rasa, kita tidak bisa memilih inginnya seperti apa. Semuanya seakan mengalir begitu saja. Kita inginnya dimengerti, tapi akhirnya kitalah yang harus mengerti. Kita inginnya difahami, tapi nyatanya kitalah yang selalu harus memahami. Kita inginnya mengingatkan, tapi seharusnya kitalah yang harus selalu diingatkan. Dimaafkan, tapi lupa untuk memaafkan. Kadang kita berkata alangkah beratnya merindukan, tapi kita tidak sadar kalau kita juga dirindukan setengah mati oleh orang di ujung sana. Kita dicintai, tapi kadang kita enggan untuk mencintai. Kita hidup berdasarkan ego kita masing-masing. Bagaimana sesuatu itu membuat hati kita senang, itulah yang biasanya kita ingin pilih. Tapi kadang pilihan yang kita ambil tidak serta merta membuat kita puas selamanya. Seringn