Posts

Showing posts from July, 2017

Cemburu

Bolehkah aku bertanya, Apa benar kalau aku cemburu pada orang yang memiliki banyak kesempatan dalam hidupnya? Kesempatan untuk baper, kesempatan untuk jatuh cinta, kesempatan untuk patah hati? Mungkin orang-orang akan menertawakan aku atas pertanyaan ini. Pertanyaan yang mungkin membuat orang berfikir kalau aku adalah orang yang suka mencari sensasi dan perhatian orang lain. Tahukah kamu, Bagaimana rasanya dikejar waktu sampai rasanya tidak ada lagi kesempatan untuk melakukan ini dan itu?. Rasa takut untuk melakukan hal yang salah lantas waktumu habis seketika? Rasanya wajar, kalau jauh didasar hati menyimpan rasa cemburu pada orang lain yang sepertinya banyak waktu untuk melakukan apapun sesuai dengan hasratnya. Tahukah kamu, Bagaimana rasanya takut jika tidurmu terlalu lama, lantas waktumu habis seketika? Rasanya, mata tidak ingin terpejam walau sedetik untuk menikmati sisa hari. Rasanya wajar, kalau jauh didasar hati menyimpan rasa cemburu pada orang lain yang terlelap

Jus Semangka

Aku pernah ngomong keseseorang, "kak, kalo nanti aku sakit, aku ga mau apa-apa, aku cuma mau semangka atau jus semangka". Yap, aku memang sangat suka semangka. Rasanya yang segar, dan pas dimakan kapan saja. Seperti hari ini, dari pagi aku sudah beraktifitas lumayan sibuk. Banyak juga hal buruk yang terjadi. Mulai dari jatuh dari tangga, digigit hewan, dan kena flue. Siang hari, baru mau terlelap, hp berdering dan ternyata ada rapat dadakan. Karna katanya penting, aku kuatkan untuk hadir walau jarak yang ditempuh lumayan jauh. Selesai rapat, aku kembali berdiskusi dengan seorang teman. Yang aku tahu, dia adalah orang yang cukup tangguh untuk ukuran seorang perempuan. Tak ingin kehilangan moment, rasanya aku ingin menggali sedikit ilmu darinya. Akhirnya, aku menawarkan untuk "ngejus" dulu sebelum pulang. Aku kira, dia akan menolak karna alasan kesibukan yang menunggunya. Tapi ternyata ajakanku diterima dengan ramah sekali. Aku memesan jus semangka untuk menetr

Rasanya Punya Sahabat Pena??

Image
Sudah lama rasanya ingin menulis tentang ini, tapi baru kali ini terealisasikan. Mungkin karena baru saja saya sharing dengan seorang sahabat pena saya, yap siapa lagi kalo bukan mey fang atau fani miss sensitif.. :) "Menangis lewat tulisan, tertawa lewat tulisan". Begitulah saya dan sahabat saya satu ini. Kami tidak pernah bertemu, kami juga tidak begitu mengenal latar belakang masing-masing. Kami berbeda, sudah pasti. Tapi perbedaan yang membuat kami malah jadi satu hati. Mungkin berbeda dari persahabatan yang dijalin dengan cara bersahabat pena seperti zaman dulu. Kalau dulu lewat surat-suratan pakai pos dan lain-lain. Kalau kami sudah dengan berkirim pesan dengan email, wa, bbm, dan telpon juga. Sekali-kali kami juga surat-suratan dengan bertukar hadiah pada moment tertentu. Setiap hari, ada saja yang dibahas. Dari hal kecil hingga hal besar. Kami seperti ngobrol setiap saat. Tapi tentu ini tidak menyebabkan kami berdua melupakan kehidupan di dunia nyata. Kami

Ini Aku, Bukan yang Lain

Ketika orang lain mengatakan "apa kamu gila dengan fikiran seperti itu?" Atau "apa kamu ga salah dengan mimpi-mimpi seperti itu?", atau sekedar mengernyitkan dahi melihat apa yang kita kerjakan, rasanya ingin sekali berteriak "ini aku!! Bukan yang lain". Orang lain bisa saja tertawa melihat buku agenda kita penuh dengan list impian. Bagi mereka, mungkin impian itu adalah impian gila yang tak masuk akal bisa dicapai. Tapi itu bagi mereka, bukan bagi kita yang menulis impian itu. Apa salahnya menulis apa yang kita inginkan, apa ada yang akan dirugikan? Apa melanggar undang-undang? Hari ini kita menulis impian besoknya kita ditangkap densus 88 gitu? Yah ga mungkinlah yaa.. Ini aku, bukan yang lain.. Saya jadi teringat dengan seorang junior saya ketika kuliah dulu. Sebenarnya dia seorang yang gampang sekali khawatir, terlebih selalu khawatir jika nilainya lebih rendah dari orang lain (hehehe). Dia selalu merendah jika bicara dengan dirinya sendiri. Sela

Kok ga Kerja?? Sayang Sekolahnya.

Yap! Kata-kata ini terus menghantui saya akhir-akhir ini. Setiap kali ada pertemuan keluarga, kerabat, yang ditanyakan selalu hal yang sama. "Kok belum kerja, sayang sekolahnya", atau "mau kerja dimana? Sudah masukin lamaran kemana saja?" Dan sebagainya. Seperti pagi ini, bukan saat pertemuan keluarga si, tapi saat saya membeli sarapan untuk mengisi perut pagi-pagi. Saat sampai di suatu warung, saya masuk dan ahhh, ada ibu-ibu yang selalu kepo sama urusan keluarga saya. Mau keluar lagi rasanya tidak mungkin, ok saya putuskan untuk menerima segala kenyataan (hikhikhik). Benar saja, belum satu menit saya disitu saya langsung dihujani pertanyaan. Sy : saya ik : ibu kepo iw : ibu warung ik : jadi kamu sudah tamat kuliah ya? Sy : Alhamdulillah sudah ik : lulusan apa? Sy : Budidaya perairan fakultas perikanan dan ilmu kelautan Universitas Riau ( gaga saya ga jawab sedetail ini sih, takut ibunya bingung) ik : oowh, jadi kalo tamat dari situ tu mau kerja

Katanya, Berusaha Saja

Hari ini, saya kembali dibenturkan pada sesuatu yang membuat hati saya terasa terbolak balik. Apakah saya harus berjalan terus, atau bahkan menyingkir saja?. Entah apa namanya perasaan ini. Khawatir, gelisah, cemburu, atau hanya perasaan takut akan mendapatkan kekecewaan. Katanya, berusaha saja. Semangat kita dalam berkeyakinan untuk menggapai suatu tujuan memang seperti pesawat terbang. Bisa naik, bisa turun. Kadang kita bisa mendapatkan sejuta alasan positif untuk tetap teguh berjuang dalam melakukan usaha, kadang kita juga bisa kehilangan alasan itu. Bahkan karna alasan sepele kita bisa merasa jatuh, dan enggan untuk kembali berjalan. Jangankan berjalan, untuk berdiri saja rasanya kita tidak mampu. Katanya, berusaha saja. Ketika saat ini saya merasa tidak ada lagi alasan untuk tetap maju, saya teringat akan kata-kata seseorang. Katanya, berusaha saja, soal hasil itu urusan Tuhan. Yah, saya fikir juga begitu. Seperti pada tulisan sebelumnya, "habiskan dulu jatah gagalnya