Review Film A Taxi Driver (2017)



Halo,
Assalamu'alaikum wr wb

Balik lagi review review film keren yang tentu saja aku rekomendasiin buat kamu tonton diwaktu luang. Belakangan aku suka nonton film yang diangkat dari cerita fakta sejarah. Karena keterbatasan film sejarah di tanah air yang sesuai seleranya aku, akhirnya aku ngelirik film negara lain 😆. Bukan berarti juga aku ga cinta sama ploduk ploduk indonesia ya, cinta kok, dan apresiasi juga sama dunia perfilman di Indonesia yang sepertinya ada kemajuan. Misal, seperti film 3 (alif lam mim), 99 cahaya di langit eropa, bulan terbelah dilangit Amerika dll. Aku suka, tapi sayang biasanya film-film model gini kurang perhatian sponsor dan akirnya cepet turun layar dan ga populer di masyarakat kita yang semuanya serba tunggu viral dulu baru tertarik. Padahal yang viral itu ga melulu "berisi" (sorry).

Ok stop curhat, lanjut

Awalnya, aku pilih film A taxi driver ini karena aku fikir ini film sejarah yang full komedi. Secara liat dari pemerannya, mukanya komedian banget gitu. Sama sekali ga terbayang kalau ternyata film ini sebagian besar isinya ketegangan aksi masa warga dan mahasiswa korea selatan pada Mey 1980 yang menuntut kebebasan dari rezim saat itu. Gila!!!, baru beberapa menit nonton mata aku langsung melotot dan ngerasa ga rugi ngabisin kuota buat lanjut nonton.

Ceritanya berawal dari seorang supir taxi yang mempunyai satu orang anak perempuan. Istrinya meninggal karena kangker. Awalnya bapak ini memilih untuk mabuk-mabukan. Tapi setelah tersentuh sama kehadiran anaknya yang menangis, akhirnya dia jadi seorang bapak yang berjuang untuk masa depan anaknya.

Penghasilannya menjadi seorang supir taxi, tidak begitu besar. Apalagi saat itu, banyak orang turun kejalan untuk demo. Bapak ini jadi kehilangan pelanggannya. Ga heran si, dia jadi selalu mengumpat-umpat orang yang demo. Bahkan dia memarahi mahasiswa yang demo. Yang aku ga suka dari bapak ini, dia selalu bilang gini "pergi sana ke arab saudi!! kerja di teriknya gurun pasir, biar kalian tahu betapa enaknya hidup di negara kita!!" Wkwkwkk...

Selanjutnya, cerita beralih ke wartawan asing berkewarganegaan Jerman. Dia datang ke korea selatan karena tertarik meliput kerusuhan yang terjadi di kota gwangjo. Namun, kota tersebut diisolasi alias ditutup rezim dengan alasan kerusuhan oleh kaum radikal dan berbahaya. Setidaknya itu yang dilaporkan oleh media. Tapi, wartawan ini justru tertantang dan ingin melihat sendiri apa yang sebenarnya terjadi disana.

Naaahh, disinilah awal pertemuan sang supir taxi dan watawan tersebut. Dengan iming-iming uang tip yang sangat besar, dia bersedia mengantarkan wartawan tersebut kewilayah konflik (padahal awalnya supir taxinya ga tau kalo itu wilayah berbahaya, tapi karna uang dia ga fikir panjang lagi).

Ketika ingin melewati gerbang kota gwangjo, ternyata kota ini ditutup dan dijaga ketat oleh militer. Tidak boleh ada yang masuk. Rasa penasaran sang supir makin menjadi ketika mereka mencoba mencari jalan masuk lain melewati jalan dihutanpun tetap ada penjagaan ketat. Namun karena ia mahir merayu tentara dengan sedikit kebohongan, akhirnya mereka berhasil masuk kedalam kota. Ternyata benar, kondisi kota ini benar-benar lagi rusuh. Di jalan mereka bertemu dengan truk yang isinya mahasiswa yang mau aksi. Dari sini, sang wartawan mulai mewawancarai para mahasiswa yang untungnya ada satu mahasiswa yang bisa berbahasa inggris dan kedepannya mereka akan terus sama-sama.

Ini yel-yel mahasiswa yang paling gue demen 😊


Masyarakat dan mahasiswa yang mengetahui ada wartawan yang ingin meliput apa yang terjadi di kota ini merasa sangat senang sekali. Bahkan saking terharunya, mereka sampai memberikan makanan dan mengistimewakan mereka termasuk supir taksi yang jauh-jauh mengantarkan wartawan dari bandara Seol sampai ke gwangjo ini. Namun, keberadaan mereka diincar sama rezim saat itu. Mereka diburu, bahkan ditembaki. Sedihnya, mahasiswa yang jadi penerjemah tadi harus mengorbankan dirinya. Ia gugur dengan cara yang mengenaskan. Ia diseret dijalanan dan akhirnya meninggal lalu dibuang ke sawah. Aahh seru kalo ditonton pokoknya. 

Singkat cerita, pandangan sang supir taxi inipun yang awalnya benci sekali sama orang yang demo jadi berubah. Apalagi, ketika ia menyaksikan sendiri apa yang terjadi di kota gwangzo sama sekali berbeda dengan apa yang diberitakan media. Oya, ada salah satu percetakan koran yang dibakar habis karena reporternya nekat nyetak koran dan memberitakan yang sebenarnya terjadi. Disinilah aku berfikir, pentingnya orang baik untuk jadi penguasa.. hhuuuhhh.. hampir sama si kayak kejadian di Indonesia belakangan ini. Walau ga se ekstrim ini. Film ini juga menceritakan, mahasiswa dan masyarakat yang demo itu disebut-sebut radikal dan ancaman bagi negara. Kesel akuhhh, kesaaallll pokoknya.. (abis ini aku bakal tulis tentang kekesalan aku karena sekarang banyak meme yang menyudutkan mahasiswa. Lembeklah, suruh bakar almamaterlah, apalah. Karena katanya BBM naik, sembako naik, mana ni mahasiswa kok ga demo?? Hhoooiiii, bercermin dikitlah. Dulu kami demo kalian ngadu-ngadu katanya kami bikin jalanan macet.. anak telat sarjana setahun, dituduh-tuduh karna kebanyakan demo. Hhoooiii, kenapa sekarang jadi nyalahin mahasiswa.. kalo mau demo, ya sonooo.. ngapain harus tunggu mahasiswa yang juga punya kewajiban belajar!!!..

Balik 😈

Di akhir-akhir film, suasana makin mencekam, aparat tidak lagi menggunakan gas air mata untuk membubarkan masa. Tapi sudah pakai peluru beneran. Supir taxi yang sangat mencintai taxi kenang-kenangan bersama istrinyapun, akhirnya harus rela taxinya terkena peluru demi menyelamatkan masyarakat yang terluka oleh serangan membabi buta aparat.

Selanjutnya, aku ga mau ceritain deh.. tonton sendiri ya. Judulnya A taxi driver. Di Viu juga sudah ada.  Saran si, siap-siap tisu pas diakhir-akhir cerita. Apalagi dibagian akhir ada rekaman wartawan Jerman di dunia nyata alias aslinya sambil berlinang air mata dia bilang "akan sangat menyenangkan kalau aku bisa bertemu denganmu lagi (supir taxi). Oh sungguh aku akan bahagia melebihi kata-kata. Kalau kamu melihat rekaman ini, dan kita bisa bertemu sekali lagi, aku akan segera ke korea menaiki taximu dan melihat-lihat korea yang baru"
Mendiang bapak Hinzpeter (wartawan Jerman)

Semoga bermanfaat dan suka ya hihihi

Mohon maaf bila salah, dan jangan lupa , tegoooor aja kalo ada kata yang salah.

Da daaahh

Wsslm wr wb

Comments

Popular posts from this blog

Without Allah I'm nothing

Awak ni Apeelaaah

Bertahan Pada Keyakinan