13 Juli
Hari ini, tepat tiga tahun kepergian papi. Kalau diingat tiga tahun lalu aku masih meringkuk menahan sakit di dada karna air mata pun sudah kering. Masih banyak janji yang tidak sempat aku tepati. Bahkan, telpon terakhir dari papi pun aku putus paksa karena aku tidak suka arah pembicaraannya. Tanpa salam.
Papi punya cita-cita setinggi langit yang ia amanahkan ke anak-anaknya. Termasuk aku. Papi terlihat keras kepada kami, tapi dibelakang diam-diam papi selalu membanggakan kami didepan teman-temannya. Aku sendiri pernah dengar papi membanggakanku karna hal sederhana yang aku lakukan. Misal ketika umroh, papi selalu mengandalkan aku untuk berkomunikasi ke orang2 asing. Yah aku ini apalah, english aja payah, apalagi bahasa arab. Tapi papi tidak mau tahu pokoknya beliau tetep nyuruh aku maju. Karena kebiasaan sedikit-sedikit dikampus, setidaknya aku tahu kata2 kunci berhasa english dan arab. Tidak banyak, paling banyak hanya 20 kata. Tapi karna aku pandai memeragakan mungkin, jadi perjalanan kami lumayan lancar. Di depan aku, papi belagak menunjukkan kalau aku ini memang payah dan lamban. Tapi nyatanya, sampai ke tanah air, beliau bilang ke orang2 kalau aku jago sekali berkomunikasi sama orang asing.
Masih banyak contoh lain si,
Yang jelas, memang dari luar hubungan antar anak dan ayah dikeluargaku mungkin terlihat renggang. Tapi jika dibandingkan dengan keluarga orang lain, aku masih bisa bilang kalau papi berhasil mendidik kami. Kita terdidik bukan cuma karena kami anak sekolahan. Toh banyak juga temen-temen papi anaknya sekolah setinggi langit dan pulang ke rumah bawa masalah. Paling banyak karena norkoba. Anak papi boro-boro narkoba, Alhamdulillah kami bisa bertahan untuk tetap menjaga kehormatan keluarga. Terutama nama baik papi. Aku punya 3 abang, kalau dilihat dari fisik, papi jauh lebih kecil dari mereka. Tapi ketiganya tidak ada satupun yang berani menjawab omongan papi. Ada si satu orang yang agak bandel, pernah digebukin papi terus lari dari rumah. Tapi ga lama balik lagi dan itu jadi yang terakhir kalinya. Selebihnya, mereka cuma diem kalau diomelin papi. Paling berani pergi masuk kamar masing-masing.
Aku pernah ikut papi ke rumah seseorang. Ternyata seseorang ini orang tua dari anak yang sering papi bantu sekolahnya. Papi memang sangat peduli dengan pendidikan anak. Kata-kata papi yang aku ingat waktu itu adalah "jangan takut untuk menyekolahkan anak, pasti ada tu nanti rejekinya. Tuhan ga akan sia-sia. Sekuat apapun kita kerja tapi hak nya anak ga kita penuhi, rejekinya kita ga akan pernah nambah. Tapi kalau rejeki yang kita dapat itu untuk menuntaskan kewajiban kita ke anak kita, rejekinya jadi berkah dan nambah. Karna bisa jadi rejeki yang kita dapatkan itu sebenarnya rejekinya anak-anak kita".
Waktu aku kecil, papi juga sering ajak ke rumah-rumah orang yang aku ga tahu entah siapanya. Yang jelas kalau kami datang, jamuannya banyak dan bener-bener dihargai sekali. Durian, rambutan, manggis, sering dibawa pulang.
Temen-temen papi yang aku ga suka (mami juga ga suka katanya), itu aparat. Aku lebih suka papi berteman sama orang biasa ketimbang sama aparat pemerintah. Emang si link nya papi jadi banyak. Tapi negatifnya juga banyak. Mereka seakan selalu memanfaatkan papi. Sedangkan kalau ngopi-ngopi di rumah makan padang aja, papi yang selalu traktir. Mereka pura-pura ga tahu, dan bahkan seringnya minta langsung. Apalagi kalau lagi tanggal tua, ga segen minta uang papi. Pokoknya aku ga suka, apalagi si mamak di rumah.
Tapi nasib papi ga se na as adiknya. Adiknya papi juga pengusaha. Bahkan diawal karirnya, beliau lebih sukses ketimbang papi. Tapi ga bertahan lama, karena salah perhitungan, terlalu royal sama aparat, akhirnya beliau bangkrut sampai sekarang tinggal digubuk menjauh dari keramaian. Apa yang terjadi setelah bangkrut, yah temennya juga kabur seakan ga kenal lagi. Untungnya papi ga seburuk itu nasibnya. Meski keuangan kami naik turun dan pernah juga turun banget, tapi kita bertahan. Alhamdulillah, papi juga meninggal tidak dalam meninggalkan hutang sepeserpun. Bahkan meninggalkan cukup aset untuk mami dan kita semuanya. Walau ga banyak, tapi seenggaknya buat makan dan berobat terpenuhi. Rumah juga teduh dan ga bocor.
Papi punya cita-cita setinggi langit yang ia amanahkan ke anak-anaknya. Termasuk aku. Papi terlihat keras kepada kami, tapi dibelakang diam-diam papi selalu membanggakan kami didepan teman-temannya. Aku sendiri pernah dengar papi membanggakanku karna hal sederhana yang aku lakukan. Misal ketika umroh, papi selalu mengandalkan aku untuk berkomunikasi ke orang2 asing. Yah aku ini apalah, english aja payah, apalagi bahasa arab. Tapi papi tidak mau tahu pokoknya beliau tetep nyuruh aku maju. Karena kebiasaan sedikit-sedikit dikampus, setidaknya aku tahu kata2 kunci berhasa english dan arab. Tidak banyak, paling banyak hanya 20 kata. Tapi karna aku pandai memeragakan mungkin, jadi perjalanan kami lumayan lancar. Di depan aku, papi belagak menunjukkan kalau aku ini memang payah dan lamban. Tapi nyatanya, sampai ke tanah air, beliau bilang ke orang2 kalau aku jago sekali berkomunikasi sama orang asing.
Masih banyak contoh lain si,
Yang jelas, memang dari luar hubungan antar anak dan ayah dikeluargaku mungkin terlihat renggang. Tapi jika dibandingkan dengan keluarga orang lain, aku masih bisa bilang kalau papi berhasil mendidik kami. Kita terdidik bukan cuma karena kami anak sekolahan. Toh banyak juga temen-temen papi anaknya sekolah setinggi langit dan pulang ke rumah bawa masalah. Paling banyak karena norkoba. Anak papi boro-boro narkoba, Alhamdulillah kami bisa bertahan untuk tetap menjaga kehormatan keluarga. Terutama nama baik papi. Aku punya 3 abang, kalau dilihat dari fisik, papi jauh lebih kecil dari mereka. Tapi ketiganya tidak ada satupun yang berani menjawab omongan papi. Ada si satu orang yang agak bandel, pernah digebukin papi terus lari dari rumah. Tapi ga lama balik lagi dan itu jadi yang terakhir kalinya. Selebihnya, mereka cuma diem kalau diomelin papi. Paling berani pergi masuk kamar masing-masing.
Aku pernah ikut papi ke rumah seseorang. Ternyata seseorang ini orang tua dari anak yang sering papi bantu sekolahnya. Papi memang sangat peduli dengan pendidikan anak. Kata-kata papi yang aku ingat waktu itu adalah "jangan takut untuk menyekolahkan anak, pasti ada tu nanti rejekinya. Tuhan ga akan sia-sia. Sekuat apapun kita kerja tapi hak nya anak ga kita penuhi, rejekinya kita ga akan pernah nambah. Tapi kalau rejeki yang kita dapat itu untuk menuntaskan kewajiban kita ke anak kita, rejekinya jadi berkah dan nambah. Karna bisa jadi rejeki yang kita dapatkan itu sebenarnya rejekinya anak-anak kita".
Waktu aku kecil, papi juga sering ajak ke rumah-rumah orang yang aku ga tahu entah siapanya. Yang jelas kalau kami datang, jamuannya banyak dan bener-bener dihargai sekali. Durian, rambutan, manggis, sering dibawa pulang.
Temen-temen papi yang aku ga suka (mami juga ga suka katanya), itu aparat. Aku lebih suka papi berteman sama orang biasa ketimbang sama aparat pemerintah. Emang si link nya papi jadi banyak. Tapi negatifnya juga banyak. Mereka seakan selalu memanfaatkan papi. Sedangkan kalau ngopi-ngopi di rumah makan padang aja, papi yang selalu traktir. Mereka pura-pura ga tahu, dan bahkan seringnya minta langsung. Apalagi kalau lagi tanggal tua, ga segen minta uang papi. Pokoknya aku ga suka, apalagi si mamak di rumah.
Tapi nasib papi ga se na as adiknya. Adiknya papi juga pengusaha. Bahkan diawal karirnya, beliau lebih sukses ketimbang papi. Tapi ga bertahan lama, karena salah perhitungan, terlalu royal sama aparat, akhirnya beliau bangkrut sampai sekarang tinggal digubuk menjauh dari keramaian. Apa yang terjadi setelah bangkrut, yah temennya juga kabur seakan ga kenal lagi. Untungnya papi ga seburuk itu nasibnya. Meski keuangan kami naik turun dan pernah juga turun banget, tapi kita bertahan. Alhamdulillah, papi juga meninggal tidak dalam meninggalkan hutang sepeserpun. Bahkan meninggalkan cukup aset untuk mami dan kita semuanya. Walau ga banyak, tapi seenggaknya buat makan dan berobat terpenuhi. Rumah juga teduh dan ga bocor.
Hhmmm, terima kasih ya pak. Bapak Syahrum B memang yang terbaik. Semoga Allah selalu mencurahkan rahmat dan kasih sayangnya. Memberikan pengampunan atas dosa-dosa dan pahala yang dikumpulkan di dunia bisa membawa bapak aman damai di syurga tertinggi gabung sama kekasihNya Allah. Aamiin..
Love u, so much
Comments
Post a Comment