Islam Benci Perbedaan?
Belakangan, lagi tren isu beberapa oknum menista agama. Lucunya, agama yang dinista adalah agama mayoritas di negri ini.
Ok, kita tinggalkan tentang nista menista.
Aku cuma mau fokus tentang anggapan orang bahwa, agama islam itu tidak menerima perbedaan.
Iyee ke??
Setahu aku, di dalam islam sendiri, perbedaan adalah suatu anugrah. Kamu tahu, di dalam Islam kita sudah dibiasakan hidup dalam perbedaan. Kita sudah dibiasakan menghormati golongan lain. Misal, ada muhammadiah, Nu, Salaf, Jamaah tabligh dan masih banyak lagi. Belum lagi FPI, HTI dll. Dalam hal ibadah saja, taraweh, ada yang 8 rakaat, ada yang 20 rakaat dll, Wong hari raya saja kita harus dihadapkan dengan banyak perbedaan kok. Perbedaan itu, suatu keniscayaan. Karna berbeda, semuanya tampak lebih indah.
Terus sekarang, seakan-akan kita dituduh anti perbedaan. Terjangkit radikalisme. Yah elaaahh. Sini aku bisikin sesuatu. Kalau iya, kalau memang begitu faktanya, aku kok ya heran kenapa orang yang tuduh-tuduh Islam begitu itu masih hidup sampai sekarang. Masih santai keluar rumah ga pakai atribut islam, masih belum dipecat dari kerjaan yang bos nya muslim. Masih bisa sekolah di sekolah yang cuma dia sendiri non muslimnya, daaan masih santai minum dijalan dibulan ramadhan.
Padahal yang koar-koar Islam anti perbedaan itu, ada juga lho yang tetangga sekeliling rumahnya muslim semua. Ngapain jugaa dia masih betah tinggal situ ya?
Walauuuuu, aku mengakui, ada segelintir orang yang merusak citra islam yang sesungguhnya. Dia muslim memang, tapi kelakuannya tidak mencerminkan kemuslimannya. Sama, kan ada juga oknum non muslim yang ga mencerminkan ajaran agamanya.
Hati-hati lho, jangan terlena ngehina kami terus. Nanti kalau kami kesabarannya dicabut, terus kami kencing bareng-bareng, kan berabe kalian jadi kerendem air kencing kita orang.
Aku jadi inget sama temen masa kecil dulu. Namanya Aling sama Apen. Rumah kami tepat bersebelahan. Tanpa pagar pembatas lagi. Jadi kalau pagi-pagi buka pintu depan ya langsung saling sapa. Mereka pagi-pagi uda sembahyang. Bakar dupa. Kalau ada keluarga yang meninggal bakar uang, ya semua berjalan begitu aja. Ga ada ejek mengejek kayak sekarang ini. Tapi ga sampe dewasa Aling sama Apennya pindah karena alasan pertumbuhan ekonomi ditempat kami terpuruk. Jadi mereka pindah ke Ibukota. Sampai sekarang ga ketemu lagi. Cuma papa mama nya yang beberapa kali silaturahin ke rumah.
Jadi, pada intinya stop ejek mengejek. Tar penjara penuh lho karna kasus ITE ITE tu aja. Gak keren kali lah jadinya kita bangsa Indonesia. Mosok jadi penjahat ITE kabeh 😊.
Masih di #Ramadhan30postingan
Maaf kalau ada salah kata, tegur aku jika salah
Da daaah
Wsslm wr wb
Ok, kita tinggalkan tentang nista menista.
Aku cuma mau fokus tentang anggapan orang bahwa, agama islam itu tidak menerima perbedaan.
Iyee ke??
Setahu aku, di dalam islam sendiri, perbedaan adalah suatu anugrah. Kamu tahu, di dalam Islam kita sudah dibiasakan hidup dalam perbedaan. Kita sudah dibiasakan menghormati golongan lain. Misal, ada muhammadiah, Nu, Salaf, Jamaah tabligh dan masih banyak lagi. Belum lagi FPI, HTI dll. Dalam hal ibadah saja, taraweh, ada yang 8 rakaat, ada yang 20 rakaat dll, Wong hari raya saja kita harus dihadapkan dengan banyak perbedaan kok. Perbedaan itu, suatu keniscayaan. Karna berbeda, semuanya tampak lebih indah.
Terus sekarang, seakan-akan kita dituduh anti perbedaan. Terjangkit radikalisme. Yah elaaahh. Sini aku bisikin sesuatu. Kalau iya, kalau memang begitu faktanya, aku kok ya heran kenapa orang yang tuduh-tuduh Islam begitu itu masih hidup sampai sekarang. Masih santai keluar rumah ga pakai atribut islam, masih belum dipecat dari kerjaan yang bos nya muslim. Masih bisa sekolah di sekolah yang cuma dia sendiri non muslimnya, daaan masih santai minum dijalan dibulan ramadhan.
Padahal yang koar-koar Islam anti perbedaan itu, ada juga lho yang tetangga sekeliling rumahnya muslim semua. Ngapain jugaa dia masih betah tinggal situ ya?
Walauuuuu, aku mengakui, ada segelintir orang yang merusak citra islam yang sesungguhnya. Dia muslim memang, tapi kelakuannya tidak mencerminkan kemuslimannya. Sama, kan ada juga oknum non muslim yang ga mencerminkan ajaran agamanya.
Hati-hati lho, jangan terlena ngehina kami terus. Nanti kalau kami kesabarannya dicabut, terus kami kencing bareng-bareng, kan berabe kalian jadi kerendem air kencing kita orang.
Aku jadi inget sama temen masa kecil dulu. Namanya Aling sama Apen. Rumah kami tepat bersebelahan. Tanpa pagar pembatas lagi. Jadi kalau pagi-pagi buka pintu depan ya langsung saling sapa. Mereka pagi-pagi uda sembahyang. Bakar dupa. Kalau ada keluarga yang meninggal bakar uang, ya semua berjalan begitu aja. Ga ada ejek mengejek kayak sekarang ini. Tapi ga sampe dewasa Aling sama Apennya pindah karena alasan pertumbuhan ekonomi ditempat kami terpuruk. Jadi mereka pindah ke Ibukota. Sampai sekarang ga ketemu lagi. Cuma papa mama nya yang beberapa kali silaturahin ke rumah.
Jadi, pada intinya stop ejek mengejek. Tar penjara penuh lho karna kasus ITE ITE tu aja. Gak keren kali lah jadinya kita bangsa Indonesia. Mosok jadi penjahat ITE kabeh 😊.
Masih di #Ramadhan30postingan
Maaf kalau ada salah kata, tegur aku jika salah
Da daaah
Wsslm wr wb
Comments
Post a Comment