Beginikah Dunia

Beberapa saat yang lalu, aku terfikir untuk kembali menyegarkan fikiran yang belakangan mulai keruh.

Wah, kenapa gerangan de??

Adaa deeehhh

"Bagaimana ya caranya?" Fikirku

Hhmmmm aku kembali menghela nafas sepanjang-panjangnya untuk sekeder melegakan rongga dada.

Biasanya disaat seperti ini, aku mencoba untuk mencari motivasi baru. Bisa dengan bertukar fikiran dengan orang-orang yang luar biasa, bisa dengan mengikuti kegiatan yang membuat fikiranku lebih terbuka. Karna fikiran itu kan seperti parasut. Ia hanya bisa bekerja ketika dibuka. Eh

Rasanya bukan sekali ini saja aku mengalami kebuntuan fikiran, merasa bosan, tak berdaya, tersudut sepi (alah alah mulai). Yah pokoknya perasaan ini bukan kali pertama aku alami. Pertama, aku merasa begitu nyaman dengan satu suasana, dan pada akhirnya, aku merasa merindukan sesuatu yang lain. Aku terus mencari dan mencari. Ntah kapan semuanya berakhir dan aku berhenti pada satu titik.

Mungkin, beginilah dunia

Aku jadi ingat tulisan seorang teman. Ketika membahas cinta, ia menganalogikannya dengan suatu grafik ekonomi (apa namanya lupa). Katanya kira-kira begini, cinta itu seperti grafik yang yang terus naik keatas, tapi sampai pada satu titik (mungkin jenuh atau kepuasan), secara perlahan ia akan kembali turun. Aku sendiri sih sebenarnya tidak sepenuhnya sepakat. Karena menurutku, grafiknya bisa seperti itu, karena dari awal cintanya sudah tidak tulus. Hanya ingin untuk mencapai sesuatu yang sifatnya hanya kepuasan semata. Makanya ketika semuanya tercapai, sampailah dia pada titik jenuh.

Aku sendiri tidak mengerti cinta, bagaimana cara menjalin suatu hubungan, jujur aku bukanlah orang yang faham akan hal itu. Aku hanya belajar cinta dari orangtuaku. Kata ibuku dalam pilunya beberapa hari setelah ditinggal wafat ayahku "ga tau kenapa, semakin tua, kita semakin sayaangg satu sama lain". Aku fikir, mungkin karena semakin tua, mereka merasa semakin saling memiliki, saling berpegangan tangan dalam rapuhnya otot-otot mereka.

Tapi dunia yang aku kenal, mungkin belum seperti cinta ibuku kepada ayahku. Masih seperti apa yang digambarkan temanku dengan grafiknya itu. Kebanyakan orang di dunia ini, memang seperti itu. Katanya butuh ini butuh itu, sayang ini sayang itu, tapi ketika semuanya didapat, puas sebentar, lalu pergi lagi mencari kebutuhan yang lain.

Comments

Popular posts from this blog

Without Allah I'm nothing

Awak ni Apeelaaah

Bertahan Pada Keyakinan