Kita Butuh Tujuan

Apa jadinya jika hidup tanpa tujuan? Aku rasa setiap orang memiliki keinginan dalam hatinya. Memang begitulah kodrat kita sebagai manusia. Cenderung memiliki nafsu atau keinginan, atau bahkan ambisi untuk mencapai sesuatu.

Apapun itu, semuanya bisa menjadi baik jika kita mengarahkan kepada hal-hal yang positif. Aku sendiri masih terus berusaha untuk tidak menjadi orang yang memiliki keyakinan hanya setengah-setengah bahkan tidak punya sama sekali. Padahal tujuan yang ingin dicapai itu ada, tapi berfikir positif bahwa, kaki ini pasti akan sampai pada tujuannya ternyata bukanlah hal yang mudah.

Hidup dengan tujuan ternyata memang membuat langkah menjadi terasa ringan.

Hari ini, aku dapat pelajaran dari seorang murid study club yang aku buat. Dari awal aku mengajar, aku mempunyai 7 orang murid yang umurnya tidak berbeda jauh. Tentu saja dengan karakter yang berbeda, dan semuanya istimewa. Yang ingin aku ceritakan kali ini adalah tentang satu anak yang menurutku punya tujuan dan keyakian diatas kekurangannya. Dari teman-temannya yang lain, anak ini komunikasinya atau bicaranya masih terbata-bata. Kadang lidahnya bersusah payah menyebutkan 1 kata dengan benar. Tapi dengan kegigihan, dia menjadi yang pertama dalam memahami setiap pelajaran. Ketika aku tanya dia ingin apa, dia jawab "mau dapat juara satu terus-terus sampai kapanpun". Inilah tujuannya, apapun kendala, apapun kekurangannya, semua dilewati dengan senyum sampai ompong giginya selalu terlihat.

Hidup dengan tujuan memang membuat langkah menjadi ringan.

Hari ini aku juga teringat dengan kejadian kemarin.  Saat aku kepanasan dan silau terkena cahaya matahari yang menembus kaca mobil. Aku mengeluh. Lalu dipinggiran jalan aku melihat bapak-bapak penjual karpet berjalan sambil memanggul dagangannya. Bahu kiri, bahu kanan, serta kepalanya ia gunakan semua untuk membawa karpet yang rasanya tidaklah ringan. Kulitnya mengkilap karena keringat yang disirami cahaya matahari terik. Hati kecilku berbisik, "tidak malukah kau mengeluh".

Sekedar informasi, jalan yang dilalui bapak penjual karpet bukanlah jalan yang ramai penduduk. Aku rasa, kemungkinan dagangannya laku hanyalah 17%. Tapi itu perhitanganku sebagai manusia sok tahu. Padahal ada yang sudah mengatur rezeki seseorang bukan? 

Jika ditanyakan, kira-kira apa yang membuat bapak-bapak itu menjadi sangat kuat memanggul dagangannya? Mungkin sebagian orang akan menjawab, karena tuntutan ekonomi dan tidak ada pilihan lain. 
Karna tuntutan ekonomi mungkin, tapi karena tidak ada pilihan lain aku rasa tidak juga. Selagi kita masih bernafas, apalagi dengan kondisi sehat walafiat lahir bathin, pilihan hidup ada dimana saja. Dimana-dimana ada pilihan. Jika mau senang, si bapak bisa kok ambil jalan pintas. Mencuri, menipu, dan lain-lain. Atau kalau hanya untuk makan sehari-hari mungkin si bapak bisa meminta-minta belas kasihan orang lain. Tapi mungkin, bukan itu tujuan hidupnya. 

Hidup dengan tujuan memang membuat langkah menjadi terasa ringan

Sama seperti bapak penjual karpet, aku juga mempunyai seorang ayah yang dulunya pernah menjadi pekerja kasar. Sangat panjang jika ingin diceritakan disini. Tapi pada intinya, kedua orangtua ku adalah orang yang susah dari lahir. Berjuang hidup berdua tanpa bantuan keluarga apalagi orang lain. Katanya "sendok sebatangpun hasil keringat berdua". 
Tidak bosan rasanya menyimak ketika ibuku menceritakan betapa sulit perjuangannya dimasa lalu. Tujuannya bekerja keras untuk apa? Mereka hanya ingin anak-anaknya punya kehidupan lebih baik. Kata ibuku, kalau membayangkan bagaimana dulu, rasanya tidak mungkin kita bisa mencapai kehidupan sekarang. Tapi ayahku punya keyakinan dan tujuan yang jelas. Beliau fokus, tidak pernah mempedulikan lelahnya, lukanya, apalagi hanya sekedar cemoohan orang. 

Hidup dengan tujuan akan membuat langkah menjadi ringan. Yah, menjadi terasa lebih ringan.

Semoga kita tidak lagi menjadi orang yang terombang ambing dalam menentukan pilihan. Pilih jalan kita sekarang juga dan mulailah melangkah. Yakin bahwa pada akhirnya langkah itu akan sampai pada tujuannya.

Comments

Popular posts from this blog

Without Allah I'm nothing

Awak ni Apeelaaah

Hanya Perlu Terbiasa #part2