kawan yang tulus itu ....
Assalamu'alaikum wr wb..
Halloo
Tiba-tiba ingin menyapa memberi salam aja ni. ☺
Kali ini ada sedikit cerita lagi yang semoga menjadi inspirasi. Kalau ada roman-roman galaunya mohon untuk diabaikan saja ya. Makasiii 😊
Sedari pagi saya beraktifitas seperti biasa. Apalagi kalau bukan sekedar merawat tanaman dan ikan-ikan kesayangan. Yang tidak biasa adalah saya lebih banyak ngobrol hari ini. Temen ngobrolnya siapa de?? Hhmm "abang-abang" wkwkwk... 😆😆😆. Ya memang ngobrol sama abang-abang. Tapi abang-abang yang sudah punya 2 anak dan istrinya masi ada lhoo.. sssstt jangan khawatir kali lah..
Lanjut,
Sesuai sama judul aja ya, semoga ga lari kemana-mana ni tulisan.
Selesai beraktifitas yang tak seberapa tu, saya kembali ke dunia maya. Lihat hp, tak ada satupun pesan. Ya wajar si, soalnya saya pegang hp yang didalamnya cuma ada tiga kontak. (Hhhaa?? Siapakah 3 orang yang beruntung ituu... ). Main game sebentar lalu bosan. Ya sudah akhirnya saya mengalah dan kembali menekan tombol on untuk hp yang terhubung ke banyak orang. Beberapa detik kemudian setelah aktif, wooooaaaahh daebak!!! Ternyata saya harus membaca 998 pesan. Bahkan hp saya yang kapasitas memorinya sekaratul maut itu sempat mati hidup mati hidup akibat beban yang tak sanggup ia pikul.
Mau tidak mau dengan sabar saya membalas satu persatu. Setiap orang pasti punya prioritas bukan? Jadi mohon maaf saya balas yang saya rasa lebih penting dulu.
Nah saat proses membalas pesan inilah saya terkesiap beberapa detik (terkesiap apaan si ya? Pokoknya itulah).
Saya membuka satu pesan dari rekan lama, dia bilang "kawan tulus itu memang lebih menyebalkan dari musuh yang menyamar". Saya terdiam beberapa detik lalu melanjutkan bacaan. Diakhir kalimat baru saya tau ternyata itu kutipan kata-kata dari buku ust salim.
Saya segera menghadap ke cermin lalu bertanya pada cermin "de, apa kamu menyebalkan? Kalau iya bagus ternyata, atau malah pura-pura baik agar dibilang teman yang menyenangkan? Hhmm ternyata itu yang lebih buruk".
Saya jadi teringat percakapan saya dengan seorang teman yang mungkin sampai saat ini, rasanya saya tidak mau kehilangan dia sebagai teman baik. Tentunya jika Tuhan mengizinkan.
Saat itu saya baru saja mendengarkan ceritanya. Sebelum menjawab apa-apa, saya bertanya pada diri sendiri "kalau aku jawab ini, dia marah ga ya? Kalo aku jawab itu dia seneng ga ya?".
Memang, saya pernah diajarkan adab berbicara ketika menjawab sebuah pertanyaan. Usahakan jawaban kita yang pahit itu terasa manis. Tapi setelah membaca kutipan buku tadi, sebagai seorang teman saya merasa jadi teman yang kurang tulus. Saya berusaha sekali untuk menjawab sesuai dengan keinginan hati teman saya. Mungkin itu saya lakukan karna saya takut teman saya marah lalu pergi. Disini saya bahkan merasa menjadi seorang yang egois. Saya melakukan itu agar saya tidak kehilangan?? Padahal itu semua terserah teman saya mau berteman atau tidak.
Atau saya hanya sekedar bilang sabaar, sabaar.. Apakah itu bisa menyelesaikan masalahnya? Ntahlah.
Padahal saya rasa, teman yang baik tidak selalu harus membenarkan apa yang dilakukan temannya. Seharusnya sebagai teman yang baik, kita harus cepat tanggap apa yang salah, lalu kita tunjukkan mana yang lebih benar. Terlepas pendapat kita mau diterima atau tidak. Karena setiap orang pasti punya sudut pandang yang berbeda, tentunya saya sangat menghargai itu.
Mungkin yang dimaksud "kawan yang tulus itu lebih menyebalkan" karena kawan yang tulus itu selalu ingin mencampuri urusan kita. Misalnya, urusan kesehatan. Pernah ga kita sebel sama teman yang selalu ngomel saat kita telat makan, telat tidur, ga mau olahraga dll. Kalau pernah, berbahagialah karna kita punya teman yang tulus.
Urusan sekolah. Pernah ga kita sebel sama teman yang ngomel saat kita nyontek, ga ngerjain tugas, tidur di kelas dll. Kalau pernah berbahagialah, karna kita punya teman yang tulus.
Yang terpenting ni, urusan ibadah. Kalau kita sebel sama temen yang selalu nyuruh sholat, hhmmmm ntahlah ntahlah..
#mohon maaf sangat jika ada salah kata.
#mohon maaf sangat jika sudut pandang saya berbeda dengan pembaca
#mohon maaf sangat jika kata-kata saya pernah menyakiti
#semoga dibaca dengan hati yang sejuk
Kritik dan saran nagisa77dede@gmail.com
Halloo
Tiba-tiba ingin menyapa memberi salam aja ni. ☺
Kali ini ada sedikit cerita lagi yang semoga menjadi inspirasi. Kalau ada roman-roman galaunya mohon untuk diabaikan saja ya. Makasiii 😊
Sedari pagi saya beraktifitas seperti biasa. Apalagi kalau bukan sekedar merawat tanaman dan ikan-ikan kesayangan. Yang tidak biasa adalah saya lebih banyak ngobrol hari ini. Temen ngobrolnya siapa de?? Hhmm "abang-abang" wkwkwk... 😆😆😆. Ya memang ngobrol sama abang-abang. Tapi abang-abang yang sudah punya 2 anak dan istrinya masi ada lhoo.. sssstt jangan khawatir kali lah..
Lanjut,
Sesuai sama judul aja ya, semoga ga lari kemana-mana ni tulisan.
Selesai beraktifitas yang tak seberapa tu, saya kembali ke dunia maya. Lihat hp, tak ada satupun pesan. Ya wajar si, soalnya saya pegang hp yang didalamnya cuma ada tiga kontak. (Hhhaa?? Siapakah 3 orang yang beruntung ituu... ). Main game sebentar lalu bosan. Ya sudah akhirnya saya mengalah dan kembali menekan tombol on untuk hp yang terhubung ke banyak orang. Beberapa detik kemudian setelah aktif, wooooaaaahh daebak!!! Ternyata saya harus membaca 998 pesan. Bahkan hp saya yang kapasitas memorinya sekaratul maut itu sempat mati hidup mati hidup akibat beban yang tak sanggup ia pikul.
Mau tidak mau dengan sabar saya membalas satu persatu. Setiap orang pasti punya prioritas bukan? Jadi mohon maaf saya balas yang saya rasa lebih penting dulu.
Nah saat proses membalas pesan inilah saya terkesiap beberapa detik (terkesiap apaan si ya? Pokoknya itulah).
Saya membuka satu pesan dari rekan lama, dia bilang "kawan tulus itu memang lebih menyebalkan dari musuh yang menyamar". Saya terdiam beberapa detik lalu melanjutkan bacaan. Diakhir kalimat baru saya tau ternyata itu kutipan kata-kata dari buku ust salim.
Saya segera menghadap ke cermin lalu bertanya pada cermin "de, apa kamu menyebalkan? Kalau iya bagus ternyata, atau malah pura-pura baik agar dibilang teman yang menyenangkan? Hhmm ternyata itu yang lebih buruk".
Saya jadi teringat percakapan saya dengan seorang teman yang mungkin sampai saat ini, rasanya saya tidak mau kehilangan dia sebagai teman baik. Tentunya jika Tuhan mengizinkan.
Saat itu saya baru saja mendengarkan ceritanya. Sebelum menjawab apa-apa, saya bertanya pada diri sendiri "kalau aku jawab ini, dia marah ga ya? Kalo aku jawab itu dia seneng ga ya?".
Memang, saya pernah diajarkan adab berbicara ketika menjawab sebuah pertanyaan. Usahakan jawaban kita yang pahit itu terasa manis. Tapi setelah membaca kutipan buku tadi, sebagai seorang teman saya merasa jadi teman yang kurang tulus. Saya berusaha sekali untuk menjawab sesuai dengan keinginan hati teman saya. Mungkin itu saya lakukan karna saya takut teman saya marah lalu pergi. Disini saya bahkan merasa menjadi seorang yang egois. Saya melakukan itu agar saya tidak kehilangan?? Padahal itu semua terserah teman saya mau berteman atau tidak.
Atau saya hanya sekedar bilang sabaar, sabaar.. Apakah itu bisa menyelesaikan masalahnya? Ntahlah.
Padahal saya rasa, teman yang baik tidak selalu harus membenarkan apa yang dilakukan temannya. Seharusnya sebagai teman yang baik, kita harus cepat tanggap apa yang salah, lalu kita tunjukkan mana yang lebih benar. Terlepas pendapat kita mau diterima atau tidak. Karena setiap orang pasti punya sudut pandang yang berbeda, tentunya saya sangat menghargai itu.
Mungkin yang dimaksud "kawan yang tulus itu lebih menyebalkan" karena kawan yang tulus itu selalu ingin mencampuri urusan kita. Misalnya, urusan kesehatan. Pernah ga kita sebel sama teman yang selalu ngomel saat kita telat makan, telat tidur, ga mau olahraga dll. Kalau pernah, berbahagialah karna kita punya teman yang tulus.
Urusan sekolah. Pernah ga kita sebel sama teman yang ngomel saat kita nyontek, ga ngerjain tugas, tidur di kelas dll. Kalau pernah berbahagialah, karna kita punya teman yang tulus.
Yang terpenting ni, urusan ibadah. Kalau kita sebel sama temen yang selalu nyuruh sholat, hhmmmm ntahlah ntahlah..
"Sedih itu, saat kita tidak bisa lagi berkata apa adanya sama temen sendiri".
#mohon maaf sangat jika ada salah kata.
#mohon maaf sangat jika sudut pandang saya berbeda dengan pembaca
#mohon maaf sangat jika kata-kata saya pernah menyakiti
#semoga dibaca dengan hati yang sejuk
Kritik dan saran nagisa77dede@gmail.com
Setiap orang punya sudut pandang yang berbeda. Nah cara pandang ini tergantung kebiasaannya sehari-hari. ada yang memang terbiasa ceplas-ceplos, terlalu open minded, dan kurang sensitif, dan lain sebagainya. Bagaimanapun watak mereka, begitulah cara mereka menyampaikan sesuatu. Biarla ia mengatakan yang pahit dengan cara yang manis, ataupun sebaliknya, yang penting kita yang menerima selalu berlapang dada.
ReplyDeleteAnyway, its a good read. thank you
Ya begitulah kira2.. thx juga santii ☺
Delete